Teori Kepemimpinan IOWA
Oleh : Rizki Al Kharim
Ronald
lippitt dan Ralp K.white berpebdapat ada 3 gaya kepemimpinan, yaitu :
pertama, “authoritarian“ (otoriter),
“autocratic“ (otokratis), “dictatorial”
(dictator) ; kedua, “democratic”
(demokratis) ; ketiga, “laissze-faire” (kebebasan), “free-rain” (bebas kedali),
“libertarian” (kebebasan).
1. Kepemimpinan
gaya otoriter, otokratis, atau dictator adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin
semata-mata.
Pendapat Agarwal
menyatakan Beberapa ciri kepemimpinannya otoriter yaitu Otokratis atau otoriter
merupakan pemimpin jenis ini memberikan intruksi secara pasti, menurut
kerelaan, menekankan pelaksanaan tugas, melakukan pengawasan tertutup, izin
sangat sedikit atau tiada bawahan memepengaruhi keputusan, tiada saran darang
dari bawahan, memakai paksaan, ancaman dan kekuasaan untuk melakukan disiplin
serta menjamin pelaksanaannya.
Pendapat Lewis
B.Sappington dan C.G.Brown kepemimpinannya otoriter ditunjukkan dengan gambar
sebagai berikut :
Gambar diatas
dapat dijleskan bahwa pimpinan sengat berkuasa dalam menghatur bawahannya. Gaya
pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Secara umum ciri-ciri kepemimpinan
gaya otoriter antara lain lain :
1. wewenang
mutlak terpusat pada pimpinan
2. kepuasan
selau dibuat oleh pimpinan
3. kebijaksanaan
selalu dibuat oleh pemerintah
4.
komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
5.
pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan
secara ketat.
6.
Prakarsa
harus datang dari pimpinan.
7.
Tiada
kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.
8.
Tugas-tugas
bagi bawahan diberikan secara intruktif.
9.
Lebih
banyak kritik dari pada pujian
10. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat.
11. Pimpinan menuntut kesetiaan mulah tanpa syarat
12. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
13. Kasar dalam bertindak
14. Kaku dalam bersikap
15. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan.
Penerapan
kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keseratan
serta ketegasan dalam
pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara produksi mungkin
bisa meningkat. Tetepi penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat menimbulkan kerugian
antara lain berupa suasana kaku, tegang dan mencekan bahkan menakutkan sehingga bisa berakibat timbulnya
ketidakpuasan bahkan bisa merusak moral, meniadakan inisiatif bawahan, menimbulkan
permusuhan, bawahan banyak absen dan mungkin bisa timbul pemogokan.
Dalam hal ini Agarwal berpendapat bahawa penerapan
kepemimpinan gaya otoriter ternyata mengakibatkan merusak moral, meniadakan
inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresifitas, keluhan, absen, pindah dan
tidak puas. Kepemimpinan gaya otoriter hanya tepat diterapkan dalam organisasi
yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup
organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus
segera ditinggalkan.
1.
Kepemimpinan gaya Demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Herbert G.hicks
dan Ray C.Gullett menyatakan bahwa dengan kepemimpinan gaya demokratis keluaran
mungkin tidak setinggi gaya otoriter, namun kualitas lebih baik, dan masalah
manusia sedikit, terjadi saling saran antara pimpinan dan bawahan, saling
berpendapat, semua orang dianggap sama penting dalam menyumbangkan ide dalam
pembuatan kepeutusan.
Sharma
memberikan pandangan yang senada pula tentang gaya demokratis, yaitu dalam gaya
demokratis pimpinan memberikan pandangan bawahan, membarikan bimbingan pada
masalah-masalah yang timbul dan melibatkan perasaan sendiri dalam membantu
bawahan mencapai tujuan organisasi sebaik tujuan individu.
Secara umum ciri-ciri
kepemimpinan gaya demokratis antara lain lain :
1. Wewenang
pimpinan mutlak
2. Pimpinan
bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan.
3. Keputusaan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
4.
Kebijakaan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
5.
Komunikasi
berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dam bawahan maupun
antara sesama bawahan.
6.
Pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara wajar.
7.
Prakarsa
dapat datang dari atasan maupun dari bawahan.
8.
Banyak
kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran.
9.
Pujuan
dan kritik seimbang
10. Pimpinan
mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing
11. Pimpinan
meminta ksetiaan para bawahan secara wajar.
12. Terdapat
suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.
Penerapan kepemimpinan gaya
demokratis dapat mendatangkan keuntungan anatara lain : Output mungkin tidak setinggi pada gaya otoriter tapi kualitasnya tinggi
dan masalah-masalah yang dihadapi hampir tidak ada karena antara pimpinan dan
bawahan saling memberikan saran dan pendapat, Semua
orang dalam orang dianggap sangat penting didalam menyumbangkan gagasan adalah
ide dalam pengambilan dan keputusan., Pimpinan memperhatikan pandangan bawahan bahkan memberikan bantuan jika
timbul masalah-masalah, Keputusan yang diambil lebih objektif dan punya rasa
memiliki organisasi baik bawahan dan pimpinan karena meraka merasa punya andil
dalam organisasi.
Sedangkan
kelemahan gaya ini anatar lain, Keputusan dan
tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang dan keputusan yang
diambil kadang-kadang bukan keputusan yang terbaik.
2.
Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya
liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang
akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Tentang ciri-ciri kepemimpinan gaya liberal ini
Herbert G.Hicks dan Ray C.Gullett menyatakan, disini pemimpin mencoba melakasanakan
sangat sedikit lontrol atau pengaruh terhadap anggota. Anggota menentukan
tujuan dan kebanyakan membiarkan sendiri untuk memutuskan bagaimana
mencapainya. Fungsi pimpinan sebagian besar sebagai anggota kelompok, hanya
membiarkan nasehat atau pengarahan sejauh diminta.
Untuk memperkuat bahwa kepemimpinan gaya liberal
berintikan kebebasan bagi para bawahan Agarwal menyatakan, pemimpin jenis ini
tiada perhatian terhadap produksi maupun orang sehingga membiarkan orang-orang
lepas. Sharma menyatakan bahwa pemimpin menyediakan informasi kepada anggota
kelompok, tetapi ditunjukkan dengan keterlibatan emosi yang sangat sedikit dan
peran serta yang minimum dalam kegiatan kelompok.
Secara umum ciri-ciri kepemimpinan gaya liberal
antara lain lain :
1. Pimpinan
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2. Keputusan
lebih banyak dibuat oleh para bawahan
3. Kebijakan
lebih banyak dibuat oleh para bawahan
4. Pimpinan
hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya
5. Hampir
tiada pengawasan terhadap silap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang
dilakukan para bawahan
6.
Prakarsa
selalu datang dari bawahan
7.
Peranan
pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
8.
Kepentingan
pribadi lebih utama dari pada kepentingan kelompok
9.
Tanggung
jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.
Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan
keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Tetepai kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi
organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja selera
masing-masing.
Kesimpulan dari kelompok kami :
IOWA LEADERSHIP STUDIES (1937) bertujuan melihat
pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap kepuasan, frustrasi dan agresi
Menurut Universitas IOWA yaitu: Pengkaji-Kurt
Lewin, Ronald Lippitt dan Robert K. White. Terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Pertama, Kepemimpinan gaya otoriter / authoritarian (
Agarwal ) Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian
tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Kedua,
Kepemimpinan gaya demokratis / democratic ( Herbert G. Hiks dan Ray C. Gullett
) Adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para
bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu
tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak
informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Ketiga,
Kepemimpinan gaya liberal / Laissez Faire ( C. G. Brown ) Pemimpin jenis ini
hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara
aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Dalam organisasi
yang dipimpin dengan gaya demokrasi peran aktif dilakukan baik oleh pimpinan
maupun bawahan secara seimbang. Keadaan ini sesuai denga keinginan orang pada
umumnya, bahwa apabila menduduki suatu jabatan pasti ingin ikut berperan aktif.
Hanya tiadanya kesempatan yang kadang-kadang membatasi keinginan tersebut.
Dengan kepemimpinan gaya demikratis kesempatan berperan aktif setiap pejabat
apapun kedudukannya sangat terbuka sehingga menimbulkan kepuasan bagi pejabat
yang bersangkutan. Kepuasan yanng diperoleh karena dapat menggunakan kesempatan
ikut berperan aktif mendorong pejabat untuk berprestasi dalam bidang tugasnya.
Dalam organisasi yang dipimpin dengan gaya otokratis peran aktif hanya dilakukan oleh satu pihak yaitu
pimpinan, demikian pula dalam organisasi yang dipimpin dengan gaya liberal
peran aktif hanya dilakukan oleh satu pihak yaitu bawahan. kedua macam keadaan
yang terakhir ini akan menimbulkan ketidakseimbangan. Seperti halnya dengan
ketidakadilan, setiap ketidakseimbangan yang terjadi di dalam organisasi pasti
akan menimbulkan ketidak puasan. Pada gaya otokratis ketidakpuasan akan menimpa
bawahan, sedangkan gaya liberal ketidakpuasan akan menimpa pimpinan.
Ketidakpuasan yang menimpa salah satu pihak di dalam organisasi akan
menimbulkan akibat pejebat yang bersangkutan tidak terdukung untuk berprestasi.
0 Comments