KONFLIK PERAN GANDA WANITA PEKERJAANKELUARGA DI SINGAPURA

A. Latar Belakang Masalah

    Zaman terus berubah, pergeseran budaya dan nilai-nilai adat terus berkembang ke arah modernisme sebagai dampak dari arus globalisasi. Tuntutan jaman memaksa semua element kehidupan terutama manusia untuk selalu berada dalam keadaan yang dinamis dan fleksibel. Salah satunya yaitu wanita, wanita menjadi salah satu makhluk yang harus terkena dampak ini. Adanya isu persamaan gender yang menjadikan wanita dituntut untuk mempunyai fungsi yang sama sebagai laki-laki.
        Status yang sama menyebabkan peran yang sama juga. Wanita bebas mengaktualisasikan dirinya termasuk dalam hal karir dan pekerjaan. Disatu sisi wanita di ciptakan dengan kodrat sebagai pendamping laki-laki dan ibu rumah tangga. Tidak bias dipungkiri bahwa fungsi utam dari seorang wanita yang sudah menjadi “ibu” adalah mengurus rumah tangga atau keluarga. Inilah yang menjadi delima dari setiap wanita yang ada di Dunia ini, mereka sering mengalami kecemasan, frustasi yang akhirnya menimbulkan konflik peran antara pekerjaan dan keluarga.
        Selama masyarakat masih menekankan peran dasar wanita sebagai ibu, maka wanita karier akan mngalami konflik peran. Salah satu kasus konflik peran wanita tersebut terjadi di Singapura. Dalam penelitian, data berasal dari 102 responden yang merupakan para wanita yang sudah menikah dan menjadi pengusaha Singapura (Kim dan Ling, 2001). Teo (dalam Kim dan Ling, 2001) menyebutkan pengusaha perempuan Singapura harus melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga, sementara studi penelitian lain juga melaporkan bahwa mereka harus memikul tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak (Longstreth et al; Lee- Gosselin dan Grise; Loscocco dan Leicht dalam Kim dan Ling, 2001). Tanggung jawab tersebut menyulitkan bagi pengusaha wanita yang telah menikah dalam menjalankan bisnis.

Baca Selengkapnya... Silahkan Download

0 Comments