PERAN ESQ TERHADAP KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan mempunyai fungsi yang fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa kehadiran pemimpin yang mampu membawakan kepemimpinan yang baik dan benar mustahil akan tercipta masyarakat atau bangsa yang berma
rtabat. Studi kepemimpinan secara epistimologi diusung dengan pendekatan multidisiplin dan multidimensi. Dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahawa untuk memahami secara holistik agar dapat mempertajam pandangan tentang studi kepemimpinan kita perlu menganalisis apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan.
ESQ merupakan topic yang sangat hangat dibicarakan saat ini. Konsep ESQ sendiri berawal dari diri seorang individu/insan yang dipengaruhi oleh kecerdasan, spiritual dan emosional yang menghasilkan individu yang mulia. Dari pengertian singkat tentang ESQ yang lebih dominan dalam mempengaruhi prilaku seorang individu dalam bertindak. Artikel ini akan memcoba menganalisis apakah ESQ dapat mempengaruhi prilaku kepemimpinan seseorang, dan dimana pengaruhnya serta implikasi dari pengharu ESQ terhadap kepemimpinan. Untuk lebih jelas dan mudah dalam menganalisis pengaruh ESQ dalam kepemimpinan, disini akan dijelaskan secara terpisah antara ESQ, Kepemimpinan dan hubungan keduanya.
A.    ESQ (Emosional Spritual Quetient)
Salah satu cara yang paling handal dalam pembentukan watak adalah dengan pengembangan ESQ (Emosional Spritual Quetient). ESQ merupakan gabungan emotional, spriritual dan quontient, yaitu kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Di dalam konsep ESQ, semua manusia punya intelektual dan punya emosional, tapi kedua hal tersebut tidak sempurna kalau tidak disatukan dengan kecerdasan spriritual. Dengan ESQ membentuk karakter yang mengetahui jati dirinya, mengetahui Tuhannya, mengetahui orang tuanya menurut agamanya masing-masing, Dengan ESQ juga akan terrbentuk nilai dasar yang jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, adil, peduli, visioner, rasa saling menghormati, rasa saling menyayangi, tidak ada lagi saling menjatuhkan, saling membenci antara satu agama dengan agama lain, satu suku dengan suku lain.
Pada dasarnya konsep ESQ cukup sederhana untuk dipahami. Disini akan kita jelaskan secara terpisah dari ESQ itu sendiri.
1.    E (Emosional) adalah kemampuan bertindak dengan mendengan suara hati dari berbagai informasi yang dimiliki. Kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengelola emosi secara baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain merupakan hal penting untuk memahami difinisi E. Dalam E sendiri mempunyai beberapa komponen diantaranya
a.         Komponen kognitif subjektif yaitu Aspek yg menimbulkan kondisi perasaan berdasarkan pengalaman subyektif, ex. Perasaan duka diiringi dg tangisan, perasaan suka diiringi dg senyuman/tawa.
b.        Komponen fisiologis dan biologis yaitu Berupa aktivitas urat syaraf & sistem hormonal, ex. Perasaan muak pd sesuatu menimbulkan keinginan untuk muntah (biologis).
c.         Komponen fungsional yaitu Dinyatakan dlm tingkah laku sesuai dg fungsinya, ex. Perasaan sedih fungsinya dlm menghadapi kemalangan, maka pernyataan perilakunya adalah menangis
d.        Komponen ekspresif yaituBerupa perasaan yg dinyatakan dlm perilaku meluap-luap, tdk terkendali, jantung berdebar-debar, otot tegang (fisiologis), dll.
Untuk lebih memahami E secara manifest kita dalam melihat indikator  penggunaan E dalam diri seorang individu. Indikator-indikator tersebut antara lain :
a.         Kesadaran diri yaitu mampu mengamati diri sendiri & mengenali perasaan sejalan dg peristwa yg terjadi.
b.        Pengaturan emosi yaitu mengendalikan perasaan agar sesuai & merealisasakan apa yg terdapat dibalik perasaan tsb, menemukan cara2 untuk mengendalikan ketakutan & kecemasan, kemarahan serta kesedihan.
c.         Empati yaitu Sensitivitas yg tinggi thd perasaan & perhatian org lain & mengadaptasi perspektif mereka, mengapresiasikan berbagai perbedaan ttg cara org merasakan sesuatu.
d.        Pengaturan hubungan yaitu mengendalikan emosi dlm diri orang lain, ketrampilan & kompetensi sosial.

2.    S (Sepiritual) adalah kemampuan memberi makna tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Kemampuan sepiritual berasal dari nilai-nilai yang diyakuni seseoranga. Nilai-nilai tersebut didapat dari sebuah doktrin keyakinan seseorang kepada sesuatu yang dianggap benar dan menjadi pedoman hidupnya. Kemampuan spiritual biasanya ditandai dengan kemampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsunya karena tidak sesuai dengan niali-nilai yang ada dalam keyakinannya.

3.    Q (Quetient) adalah Kemampuan intelektual, analisa, logika, rasio dan keseluruhan kemampuan individu  didalam berpikir secara terarah dan sistematis. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dg kebutuhan baru, melalui proses berpikir yg sesuai dg tujuannya.
Untuk lebih memahami kecerdasan atau intelegensi perlu pemahaman tentantg teory intelegensi. Teori intelegensi antara lain yaitu:
a.    Komponen tunggal yaituYaitu komponen kognitif yg memuat unsur mengingat/pengetahuan, pemahaman/pengertian, analisis, sintesis, aplikasi & penilaian.
b.   Dua komponen / faktor yaitu Komponen Umum (General Factor/G-Factor), merupakan faktor penentu apakah seseorang itu masuk kategori pandai atau kurang pandai (bodoh). Komponen Khusus (Specific Factor/S-Factor), merupakan komponen kepandaian dlm bidang ttn saja, ex. kecerdasan politik, berdagangan, kebudayaan
c.    Kemampuan mental primer yaitu1. Pengertian Verbal, 2. Kemampuan Numerik, 3. Visualisasi Spasial, 4. Kemampuan Persepsi, 5. Ingatan, 6. Berpikir/Penalaran, 7. Kelancaran Menuturkan.
d.   G. H Thomson yaituInteligensi memiliki sangat banyak komponen/faktor yg saling bebas & berdiri sendiri, tetapi setiap komponen hanya berfungsi pd saat2 tertentu & sebagian kecil saja komponennya yg berfungsi secara aktif.

            Setelah kita mengetahui difinisi secara terpisah dari masing-masing komponen ESQ maka kita akan menyatukan “E”, S”dan “Q” kedalam suatu konsep ESQ. ESQ adalah kecerdasan yang dapat menggabungkan, menyeimbangkan dan mensinergikan fungsi-fungsi emosional dengan fungsi spiritual yang ada dalam diri manusia. Konsep yang lebih sederhana yaitu E adalah hubungan manusia dengan manusia dan S lebih dominan antara hubungan individu tersebut dengan Tuhannya. Jika konsep antara EQ dan SQ digabungkan maka akan terjadian perpaduan sebagai berikut.
 

Penting Jadi kecerdasan dalam Konsep ESQ sangan sentral dan mempunyai peranan yang penting. Dengan adanya kecerdasan maka seorang individu adakan mengenai S dan E dalam dirinya. Dalam konsep ESQ kecerdasan tidak dimaknai secara prsial atau sendiri tetapi lebih adanya penggabungan antara kecerdasan dengan spiritual (SQ) dan kecerdasan dengan emosional (EQ). Setelah kedua penggabungan kecerdasan tersebut dipahami barulah kita akan mensinergikan ES dan EQ yang akan menjadi konsep ESQ dimana seorangan individu ya ng mempu menyeimbangkan hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhannya..
            Hal ini dimaknai seorangan individu ketika malakukan aktivitas tidak hanya memikirkan aspek dunia saja atau hawa nafsunya tetapi faktor nilai-nilai dalam fungsi spiritualnya juga akan menjadi dasar untuk menuntun hawa nafsunya untuk bertindak.
Konsep ESQ dapat juga dipandang sebagai berikut

       dimensi spiritual (SQ)


dimensi emosional (EQ)
 

      dimensi fisik (IQ)
Konsep diatas menjelaskan bahwa dalan ESQ terdapat suatu titik koordinat yaitu (SQ)  yang menjadi dasar atau pedoman individu untuk menyinergikan emosinya (EQ). Setelah seorang individu telah mampu tersikap atau menjaga emosionalnya secara SQ maka dapat dipastikan akan menghasilkan IQ yang berkualitas dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
B.     Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Alasan seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya adalah karena ingin mencapai tujuan. Sedangkan dalam mencapai tujuan butuh komponen-komponen yang salah satunya yaitu manusia itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan yaitu Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat diarahkan berperilaku untuk mencapai tujuan.
            Unsur yang ada dalam kepemimpinan yaitu Pemimpin atau orang yang memimpin, orang yang dipimpin, interaksi /kegiatan  untuk mempengaruhi, Tujuan
dan perilaku /kegiatan sebagai hasil mempengaruhi. Unsur-unsur ini dapat diketahui secara jelas ketika kita sudah mampu memahami teori-teori kepemimpinan.
            Teori kepemimpinan yang pertama yaitu teori sifat, teori prilaku dan teori situasi. Dari ketiga teori ini yang akan menjadikan kepemimpinan seseorang dapat efektif dalam mencapai tujuannya.
a.       Teori sifat menjelaskan bahwa seseorang bisa menjadi pemimpin jika memiliki serangkaian sifat atau karakteristik kepribadian yang dibutuhkan seorang pemimpin. Keith Davis (1972) menyimpulkan setidaknya terdapat 4 sifat utama yang dimiliki seorang pemimpin yaitu, kecerdasan, kematangaan dan keluasan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi, kemampuan hubungan manusiawi.

b.      Teori prilaku menjelaskan keberhasilan seorang dalam memimpin tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Teori prilaku dijelaskan dengan 5 teori yaitu Studi IOWA, Studi OHIO, Studi MICHIGAN, Teori X dan Teori Y, Managerial Grid.
1)   Studi IOWA membagi prilaku pemimpin yang demokrasi dan otokrasi. Demokrasi lebih kearah prilaku pemimpin kepada bawahannya sedangkan otokrasi prilaku difokuskan kepada tugas-tugas yang harus diselesaikan bawahan.
2)   Studi OHIO membagi prilaku pemimpin yang berorientasi struktur pembuatan imisiatif dan dan perhatian.
3)   Studi MICHIGAN membagi prilaku pemimpin kedalam prilaku yang berorientasi tugas dan struktur dengan tenggang rasa kepada pegawai.
4)   Teori X dan Y membagai prilaku pemimpin kepada prilaku X yang mengasumsikan bahwa bawahan sangat tidak mampu (-) dan Y bawahan mampu (+). Ditemukan bahwa dalam prilaku X yang lebih efektif adalah otoriter dan dalam prilaku Y yang lebih efektif adalah demokrasi.
5)   Magerial Grid membagi pemimpin menjadi 6 bagian yang berdasarkan pada Grid, yaitu Improverished Management ditandai dengan pemimpin yang menyampaikan informasi kepada bawahan, Team Menagement ditandai dengan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada bawahan dan mewujudkan produktivitas, County Club Management ditandai dengan menciptakan lingkungan kerja yang bersahabat namum produktivitas kurang diperhatikan, Task Management ditandai dengan kepemimpinan yang otriter dengan berorientasi kepada tugas, Middle of The Road Leadership ditandai dengan kegiatan yang menunjukkan keseimbangan antara produktivitas dengan hubungan kepada bawahan.

c.       Teori situasi dapat dilihat dari dua faktor yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang sangat penting dalam situasi dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tersebut. Menurut Fiedler dalam situasi kerja terdapat 3 elemen penentu gaya/perilaku kepemimpinan efektif , yaitu hubungan antara atasan dan     bawahan, struktur tugas, posisi kekuasaan pemimpin             yang dicapai lewat otoritas formal. Teori Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth Blanchard) Kepemimpinan efektif didasarkan hal berikut, jumlah petunjuk yang diberikan pemimpin, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan pemimpin, tingkat kesiapan atau kematangan bawahan.

C.    Analisis pengaruh ESQ terhadap kepemimpinan
Setelah mengetahui masing-masing ruang lingkup ESQ dan kepemimpinan, dibagian ini akan dilakukan analisis pengaruh ESQ terhadap kepemimpinan. Diketahui konsep ESQ berkonsentrasi terhadap sinergi antara kecerdasan emosional dan spiritual. Emosional dalam konsep ESQ lebih cenderung kepada bagaimana seorang individu menjalin hubungan dengan individu lain dengan segala motif. Namum untuk lebih mengontrol emosi dalam arti prilaku individu tersebut dengan orang lain perlu adanya spiritual yang bersumber dari nilai-nilai yang ada dalam keyakinan masing-masing individu.
            Konsep kepemimpinan sendiri yang indikatornya dapat dilihat dari pengaruh yang dapat diartikan hubungan antara pemimpin dengan orang lain yang dipimpinnya. Dari ketiga teori yang menjelaskan kepemimpinan pada hakikatnya menjelaskan 2 hal pokok yitu kepemimpinan yang berorientasi kepada hubungan dengan bawahan/orang-orang dalam organisasi dan struktur tugas pekerjaan.
            Dapat dilihat ada keterpaduan konsep ESQ dengan Kepemimpinan yang masing-masing mempunyai unsur emosi dalam arti adanya hubungan antara seorang individu sebagai pemimpin dengan individu lain. Ketika ada kesamaan unsur dalam kedua konsep tersebut maka dapat dikatakan ESQ mempengaruhi kepemimpinan. Setelah kita mengetahui dimana pengaruh ESQ dalam kepemimpinan yang menjadi pertanyaan adalah apa dampak pengaruh ESQ dalam kepemimpinan.







           


Dalam bagan konsep diatas dapat diketahui bahwa emosional dalam ESQ yang diartikan hubungan dengan manusia mempunyai kesamaan dengan emosional dalam kepemimpinan. diamana orientasi dari emosional adalah hubungan dengan manusia lain yang hal ini dalam kepemimpinan adalah hubungan bawahan dengan atasan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan yaitu untuk memberi pengaru kepada bawahan agar mencapai apa yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk memelakukan pengaruh tidak serta merta timbul dalam diri seseorang. Pengaruh dalam kepemimpinan dapat di dapat dengan position power dan personal power.
Menurut French dan Raven salah satu personal power yaitu referent power. Referent power yaitu seorang dikagumi karena kepribadian dan kharismanya. Disini kharisma atau kepribadian tidak akan tercipta dengan sendirinya. Untuk memperoleh referent power yang baik seorang pemimpin akan didukung dengan SQ yang ada dalam dirinya. Dengan SQ berupa nilai-nilai mulia yang ada dalam kepercayaan pemimpin maka akan menghasilkan pengaruh yang kuat seorang pemimpin kepada bawahannya. Pengaruh yang ditandai dengan hubungan antara pemimpin akan memudahkan pemimpin dalam mengoordinasikan bawahannya agar bawahan tersebut mengerjakan tugas-tugasnya sehingga tujuan organisasi akan tercapai. Tidak hanya itu kekuatan SQ yang akan mempengaruhi kepribadian seorang pemimpin lebih bersifat kompleks pemimpin tidak hanya berfikir untuk pemuasan kebutuhan akan produktivitas organisasi tapi hubungan tenggang rasa antara pemimpin dan bawahan akan dapat terjada. Karena nilai-nilai SQ menjadi pedoman atau doktrin yang mengontrol emosi seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya.

0 Comments