NILAI DALAM PERILAKU ORGANISASI


A.    Pengantar
Sistem nilai pribadi seorang manajer individual mempunyai pengaruh kuat atas persepsinya tentang situasi tertentu dan perilakunya. referensi dalam hal mendeterminasi tepatnya suatu keputusan seringkali merupakan sebuah nilai pribadi yang dipegang oleh sang pembuat keputusan begitu pula sistem nilai pribadi sebagian besar mempengaruhi konsep seseorang tentang apa yang merupakan perilaku etikal dan apa yang bukan merupakan perilaku etikal. Sebuah sistem nilai pribadi dapat kita anggap sebagai suatu kerangka dasar perseptual yang relatif menetap yang membentuk dan mempengaruhi sifat seorang perilaku individu tertentu (Sofyandi dan Iwa, 2004).
Walaupun mereka serupa dengan sikap-sikap, nilai-nilai dianggap lebih nilai skopenya, yang tidak berkaitan dengan objek-objek atau kejadian-kejadian spesifik seperti terlihat pada sikap-sikap tertentu, dan mereka mempunyai sikap yang lebih stabil. Suatu sistem nilai pribadi merupakan suatu nilai konsep dimana masing-masing nilai mempunyai suatu derajat tertentu, nilai dan arti pribadi.
Sistem nilai pribadi mendeterminasikan bagi seorang individu hal yang benar dan hal yang salah, hal yang tidak baik atau hal yang buruk, berhasil atau tidak berhasil menyenangkan atau tidak menyenangkan.

A.    Profil nilai
Arti penting dari suatu niali pribadi nilai bersifat kompleks dan sangat jelas bahwa didalamnya terdapat sebuah sistem niali umum dan yang dinyatakan sebaiknya sebagai hal yang pragmatik, maksudnya sebuah sistem nilai yang diukur berdasarkan ketentuan apakah suatu konsep berhasil atau tidak, pakah ia dapat diterapkan atau tidak dalam operasi-operasi yang berlangsung. Pada saat yang bersamaan terdapat adanya perbedaaan individual para manajer sehubungan dengan juimlah nila-nilai operan yang diyakini mereka dan sifat spesifik dari nilai-nilai tersebut.
Nilai – nilai pribadi penting bukan saja sebagai determinan keputusan-keputusan seseorang , tetapi juga sebagai determinan sasaran-sasaran dan strategi perusahaan. Perbedaan dalam nilai-nilai pribadi merupakan penyebab bagi sebagian besar konflik yang muncul dalam organisasi.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa penyesuaian lebih cepat terjadi pada individu-indiividu yang meiliki sistem nilai yang selaras. Akhirnya dapat dikatakan bahwa sistem-sistem nilai pribadi baik sistem operatif maupun nilai-nilai yang diintensi dan diadopsi, mendeterminasi persepsi seseorang tentang isi etikal sesuatu situasi dan evaluasi suatu tindakan spesifik sebagai suatu tindakan yang etikal dan tidak etikal.
B.     Definisi
Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan apa yang diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi semata, nilai ide platonic esensi. Disini akan di jelaskan tentang difinisi nilai dari beberapa ahli :
1.      Menurut Driyarkara (1966,38)
Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia.
2.      Menurut Fraenkel (1977:6)
Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh sesorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar. salah atau keadilan justice. (Value is any idea, a concept , about what some one think is important in life).
3.      Menurut Kuntjaraningrat (1992:26)
Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.
Dapat disimpulkan bahwa nilai adakah kumpulan perasaan dan pola pikir tentang sesuatu dengan hal yang berdasarkan etika, moral dan akhlak. Nilai dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Nilai-nilai juga penting untuk memahami perilaku manajer yang efektif.
C.    Tipe Nilai
Allport dan rekan-rekan berupaya untuk mengkategorikan nilai pada 6 tipe nilai.
1.      Teoritis      : menganggap sangat penting penemuan kebenaran lewat suatu
  pendekatan kritis dan rasional.
2.      Ekonomis  : menekankan kegunaan dan yang praktis.
3.      Estitis        : menaruh nilai tertinggi pada bentuk dan keserasian.
4.      Sosial         : memberikan nilai tertinggi pada kecintaan akan  orang-orang.
5.      Politis        : menaruh tekanan pada diperolehnya kekuasaan dan pengaruh.
6.      Religius     : peduli akan kesatuan pengalaman dan pemahaman mengenai kosmos sebagai keseluruhan.
Dengan menggunakan ini, ditemukan bahwa orang-orang dalam kedudukan kerja yang berlainan secara berlainan menganggap pentingnya keenam nilai itu. Misalnya, satu studi membandingkan rohaniawan, agen pembelian, dan ilmuwan industri. Tidaklah mengherankan, pemimpin religius menaruh nilai-nilai religius sebagai paling penting dan nilai-nilai ekonomi kurang penting. Nilai ekonomi, di pihak lain dijumpai sebagai paling penying bagi eksekutif pembelian.
Survei nilai Rokeach (Milton Rokeach), menciptakan RVS (Rokeach Value Survey), terdiri atas 2 perangkat nilai, dengan tiap peringkat berisi dengan 18 butir nilai individu. Satu perangkat yang disebut nilai terminal, merujuk ke keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan. Inilah tujuan-tujuan yang ingin dicapai seseorang selama hayatnya. Perangkat yang lain disebut nilai instrumental, merujuk ke modus perilaku yang lebih disukai, atau cara mencapai nilai-nilai terminal (Winardi, 2004).
Nilai terminal dan instrumental dalam RVS
Nilai terminal
Nilai instrumental
Suatu hidup nyaman(hidup makmur)
Suatu hidup menggairahkan
Rasa berprestasi
Satu dunia yang indah
Kesamaan
Keamanan keluarga
Kemerdekaan
Kebahagiaan
Harmoni batin
Cinta dewasa
Keamanan nasional
Kesenangan
Keselamatan
Hormat kepada diri sendiri
Pengakuan sosial
Persahabatan sejati
Kebijaksanaan
Ambisius
Berpikiran luas
Capable (mampu, efekti)
Riang
Bersih
Berani
Memaafkan
Mambantu
Jujur
Imajinatif
Bebas
Intelektual
Logis
Mencintai
Patuh
Sopan
Tanggungjawab
Kendali diri
Sumber : Stephen Robbin,1993,hal 174


D.    Karateristik Nilai
1.      suatu keyakinan
2.      berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu
3.      melampaui situasi spesifik
4.      mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah lakukanm
5.      individu
6.      kejadian-kejadian
7.      serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya;(Schwartz,1994)
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

E.     Unsur-unsur Nilai
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1.      kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2.      persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3.      tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan Kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).




Daftar Pustaka

Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa. 2007. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media.
http://dian-malinda.blogspot.com, diakses tanggal 1 Oktober 2011
http://file.upi.edu, diakses tanggal 1 Oktober 2011






1 Comments