KETERTARIKAN LAWAN JENIS ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN DIKAJI DARI STUDI ILMU PRILAKU ORGANISASI

b. Studi Kasus
Terdapat sebuah kasus pada PT PO yang merupakan perusahan obat dan minuman terkait dengan ketertarikannya terhadap lawan jenis pada sesame karyawan pada perusahaan tersebut. Seorang general manajer yakni pak adi Subagyo yang merupakan salah seorang pimpinan disana disukai banyak orang khususnya karyawan lawan jenis (perempuan) karena pribadinya yang bijaksana dan santun. Salah seorang karyawan bernama Suntianing merupakan salah satu dari sekian karyawan yang tertarik pada sosok general menejer tersebut
Namun adanya perbedaan status yang dimiliki keduanya dapat menarik perhatian public yang mana pak Adi merupakan seorang pemimpin dan suami (sudah menikah) sedangkan Suntianing masih lajang. Adanya hubungan antara keduanya tersebut merupakan suatu penyimpangan atau dapat disebut skandal perselingkuhan yang terjadi disuatu instansi perusahaan tersebut.
Asmara di kantor, sebenarnya, bukan lagi hal yang baru. Sejak jaman dulu, yang namanya main mata, pacaran atau kencan sesama teman kerja sudah ada. Pertemuan terus menerus hampir setiap hari, yang biasanya diikuti dengan adanya tambahan perhatian yang berupa sapaan, pujian, gurauan atau juga ajakan makan siang atau pulang bersama, bisa menimbulkan kedekatan yang akhirnya rasa ketertarikan dan bisa berujung pada 'skandal' asmara ketika fungsi kontrol diri tak lagi terkendali. Proses yang sebenarnya wajar dan manusiawi, apalagi di kota-kota besar seperti jakarta.

c. Analisa Kasus dan Problem Solving
Dalam kasus tersebut menunjukan adanya suatu hubungan ketertarikan antar personal yakni bawahan dengan pimpinannya dalam suatu organisasi perusahaan. Dengan adanya hubungan spesial antar kedua belah pihak tersebut dapat berpengaruh pada efesiensi dan efektifitas kinerja karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dalam suatu organisasi pasti terjadi adanya interaksi antar satu karyawan dengan karyawan yang lain serta antar pada pimpinan pada perusahaan itu sendiri. Adanya interaksi tersebut menimbulkan suatu ketertarikan tersebut. Disini kita akan menganalisa kasus diatas dengan 5 pendekataa yaitu pendekatan prilaku individu dalam organisasi, pendekatan motivasi, pendekatan presepsi dan komunikasi, pendekatan kepemimpinan dan kekuasaan dalam organisasi, pendekatan efesiensi dan efektivitas kerja.
Pertama, dalam pendekataan prilaku organisasi kalau kita kaitkan dengan kasus diatas. Pendekatan prilaku organisasi memandang kasus tentang ketertarikan antara seorang karyawan wanita kepada seorang pria dalam kantor yaitu antara bawahan dan atasan sebenarnya itu wajar. Ketertarikan itu menjadi tidak wajar karena Adi adalah seorang pria yang sudah menikah dan merupakan GM yang dihargai oleh bawahannya yang melakukan hubngan personal dengan Sutianing. Prilaku individu dalam kasus diatas antara seorang pria sebagai atasan dan wanita sebagai bawahanya terlalu mengunakan faktor kognitif dimana mereka mendahulukan kepentingan pribadinya yaitu asmara antara kedua. Mereka berdua tidak melihat reinforcement yang merupakan kemampuan berfikir yang dipengaruhi lingkungan. Sebenarnya ketika mereka saling berinteraksi harus melihat lingkunganya diamana mereka berada dan apa yang menjadi tanggungjawabnya didalam sebuah perusahaan. Kalau mereka berfikir dengan mempertimbangkan lingkungan maka interaksi yang terjalin atas dasar kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah perusahaan. Dalam pendekatan prilaku individu ada aspek pisikoanalitis. Kalau kita cermati kasus diatas dalam diri Adi dan Sutianing kurang adanya kontrol. Mereka terlalu menggunakan Id dalam bertindak yang merupakan segala nafsu dan harapan. Meraka berdua tidak melihat Ego atau kenyataan yang ada di lingkungan bahwa mereka sedang dalam sebuah perusahaan yang menjadi tanggung jawab mereka dan Superego yang seharusanya dapat mengontrol interaksi yang ada diantara mereka agar tidak menjurus ke asmara.
Kedua, Pendekatan motivasi memandang kasus diatas terjadi karena motivasi mereka dalam bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan sangatlah kurang. Kalau seseorang karyawan sudah menjadi bagian dari perusahan tersebut maka secara sadar dia akan termotivasi dalam kinerjanya yang tercermindalam komitmentya untuk bekerja keras dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada perusahaan. Kurangnya motivasi ini juga menimbulkan kurangnya kedibilitas antara Adi dan Sutianing dalam bekerja. Adi yang merupakan seorang atasan harusnya dapat memberi keprefesionalitasannya kepada Sutianing yang merupakan wanita yang mengaguminya dan sebaliknya juga dengan Sutianing. Kita dapat menilai juga ketika mereka malakukan interaksi antara satu sama lain yang terjadi bukan motivasi untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan tetapi lebih dipengaruhi oleh motivasi kepentingan asmara diantara mereka. Dalam teori kebutuhan yang menyebabkan seseorang termotivasi untuk melakukan tindakan tertentu untuk mencpapi tujuannya. Dalam hal ini Adi dan Sutianing melakukan interaksi termotivasi dengan kebutuhan pribadi (asmara). Menurut Maslow teori kebutuhan bersifat hirarki. Dapat diakatan bahwa kasus diatas dimulai oleh hal terkecil yaitu saling bertemu, kemudia berbicara, melakukan interaksi pribadi samapai ketindak perselingkuhan. Sebenarnya hal ini dapat diatas dengan mengembalikan komitmen kredibilitas kita kepada perusahaan. Bahwa segala aktifikas yang kita lakukan dalam sebuah organisasi perusahaan hanya untuk mencapi tujuan perusahaan.
Ketiga, Pendekatan presepsi dam komunikasi. Dalam pendekatan ini memandang kasus diatas terjadi karena kesalahan presepsi dan komunikasi yang tidak efektif dalam sebuah organisasi. Kesalahan presepsi yang dimaksud adalah antara Adi dan Sutianing telah mempresepsikan interaksi diantara mereka sebagi sesuatu yang wajar dan saling membutuhkan. Dalam pengaruh internal presepsi antra mereka dipengaruhi oleh memori atau pengalaman pribadi yang dialami keduanya. Bisa saja memang dalam kehidupannya mereka telah terbiasa membicarakan masalah asmara kepada orang lain dilingkup organisasinya dan tanggungjawabnya. Dalam faktor eksternal yaitu presepsi yang dipengaruhi karena Sutianing memandang Adi sebagai pria idaman yang cocok dengannya. Sedangkan Adi memandang Suatianing sebagai wanita yang kagum padanya dan dia tidak mau menyakiti Sutianing yang telah berharap kepadanya (Kasihan). Presepsi ini salah karena sebenarnya mereka dapar berpresepsi sesuai keadaan mereka sutianing ketika bertemu dengan Adi akan mempresepsiakan Adi sebagi atasanya yang perlu dihargai dan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan saja begitu juga sebaliknya dengan Sutianing. Keadaan Adi juga yang sudah mempunyai istri juga akan mempengaruhi faktor internal dalam berpresepsi kepada Suatianing dan itu juga mempengaruhi faktor eksternal Sutianing ketika mempresepsikan Adi yang sudah punyai istri. Dngan itu komunikasi akan terarah dan saling mengerti apa yang harus dibicarakan.
Komunikasi merupakan aktivitas yang tak terhindarkan dalam sebuah organisasi. Setiap kerjasama antara Adi sebagai atasan dan Sutianing sebagai bawahan pasti memerlukan interaksi yang berbentuk komunikasi. Komunikasi antara Adi dan Sutianing dalam kasus diatas tidak efektif. Dalam organisasi ada 5 syarat untuk mewujudkan komunikasi yang efektif yaitu keterbukaan, dalam hal ini komunikasi antra mereka berdua memang ada keterbukaan tetapi mereka salah mengartikan keterbukaan tersebut sampi menceritakan hal-hal pribadi tentang ketertarikannya, padahal keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan antra hal-hal yang ada dalam perusahaan. Kedua yaitu empati, empati yang dilakukan oleh mereka berdua juga salah. Hal ini disebabkan karena Adi yang terlalu menanggapi pembicaraan karena rasa kasihannya kepada Sutianing, padahal pembicaraan tersebut akan dapat dihentikan kalu Adi tidak berlebihan kepada Sutianing. Kepositifan, Dalam keepositifan ini yang dimaksud adalah komunikasi yang dihasilkan merupakan hal yang positif bagi perusahaan, tetapi dalam kasus diatas komunikasi yang dihasilkan sedikit membicarakan perusahaan mereka lebih menghabiskan waktu interaksi antara mereka berdua dengan kepentingan prbadi.
Keemapat yaitu Kepemimpinan dalam organisasi. Kita tahu bahwa Adi adalah seorang GM yang merupakan salah satu pemimpin bagian dalam perusahaan distribusi obat. Menurut Ichak Adizes Sebenarnya ada empat peranan manager yang harus diajalankan oleh manager agar organisasi berjalan dengan baik yaitu, memproduksi, melaksanakan, melakukan informasi dan mendukung. Sebenarnya Adi dalam memang benar melakukan peranan untuk melakukan hubungan inpersonal dengan bawahan yang dipimpinya tetapi disini hubungan itu dengan tujuan meotivasi, mengembangkan dan mengendalikan Sutianing atau bawahan yang lain dalam bekerja mencapai tujuan perusahaan. Dalam kepeminpinan juga ada kekuasaan yang merupakan alat untuk mempengaruhi orang lain. Walaupun dalam hubungan asmara dasarnya suka sama suka, tetapi Adi sebagai pemimpin dengan kekuasaanya lebih dapat mempunyi kewenangan untuk mengendalikan dan melarang Sutiang. Memang benar peranan menager yang baik yaitu harus ada saling ketergantungan dengan bawahan tetapi ini untuk masalah pencapaian tujuan perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi yang dialami oleh Adi dan Sutianing.
Kelima yaitu efesiensi dan prosedur kerja. Tindakan yang diakukan oleh Sutianing dan Adi, jelas tidak efisien dam melanggar prosedur kerja. Dapat diketahui dalam prosedur kerja dirancang untuk melegalkan dan memberi batasan efisiensi. Sehingga pasti dalam prosedur keja terdapat muatan efisiensi. Dalam hal ini kasus diatas kalu dilihat dari sudut pandang efisiensi maka kegiatan interaksi dalam bentuk komunikasi termasuk dalam penghematan waktu, tenaga. Komunikasi yang dikaukan oleh Adi untuk kepentingan pribadi jelas tidak efisien. Walaupun ini tidak terlalu menonjol dan berhubungan ekstrim dengan prosedur kerja tetapi ini sangat mempengaruhi efisiensi kinerja karyawan. Memang kasus diatas tidak memperlihatkan dampak atau akibat dari adanya interaksi pribadi yang berdampak peselingkuhan. Dapat diprediksi ini pasti akan memberi pengaruh kapada output yang akan dihasikan oleh perusahaan tersebut walaupun tidak secara langsung. Biasa saja akan timbul masalah kecemburuan antar karyawan dan pencitraan negatife, mengingat posisi Adi dan suatianing sangat strategis dalam perusahaan tersebut.

KESIMPULAN
Masalah ketertarikan lawan jenis antara atasan dan bawahan memang sudah sering terjadi dalam sebuah prusahaan yang ada di kota metropolitan seperti Jakarta. Perusahaan merupakan organisasi formal yang mempunyai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuannya perusahaan akan semaksimal mungkin mencapai dengan cara efektif dan efisien. Dalam kasus ketertarikan lawan jenis antara Adi dan Sutianing merupakan masalah yang dapat menghambat efiensi kerja yang akan berimbas kepada pencapaian tujuan. Studi Ilmu Prilaku Organisasi mengkaji dari beberapa pendekatan untuk mengetahui apakah yang menyebabkan kasus diatas terjadi dan apa pengaruhnya kepada perusahaan. Dalama pendekatan prilaku organisasi, kasus diatas merupakan hasil dari ketidak seimbangan antara reforcement dan kognitif dan Id dalam diri yang berlebihan yang tidak terkendalikan. Dalam pendekatan motivasi masalah diatas diakibatkan oleh kurangya komitmen kepada perusahaan. Dalam pendekatan presepsi dan komunikasi kasus diatas diakibatkan oleh tidak adanya komunikasi yang positif dan presepsi yang kurang terkontrol. Dalam pendekatan kepemimpinan kasus diatas diakibatkan oleh kurang adanya fungsi kontrol yang dilakukan oleh atasan. Memang benar atas harus melakukan interaksi interpersonal kepada bawahanya agar dapat memotivasi, dll, tetapi ini tidak terjadi. Dalam pendekatan efisiensi dan prosedur kerja. Jelas kasus diatas tidak efisien karena waktu yang seharusnya digunakan untuk berintrasi dalam kerja sama pencapaian tujuan perusahaan malah digunakan untuk kepentingan pribadi.
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan menggunakan lima pendekatan diatas. Dalam pendekatan prilaku individu dalam organisasi kita dapat menyeimbangkan antara kognitif dan reforcement dan mengontrol Id yang merupakan nafsu dengan ego dan superego. Dalam pendekatan Motivasi, kita dapat memperkuat komitment kita kepada perusahaan agar kita tetap termotivasi untuk benar-benar mengutamakan kpentingan prusahaan bukan kebutuhan kita pribadi. Dalam pendekatan persepsi dan komunikasi, kita dapat menggunakan syarat komunikasi yang efektif yaitu yang mengutmakan kepositifan dalam berkomunikasi dan presepsi yang mengunakan latar belakang kepentingan pencapian tujuan prusahaan. Dalam pendekatan kepemimpinan, kita dapat menggunakan kekuasaan atas yang merupakan alat untuk mengendalikan bawahan agar bawahan tetap konsisten dengan tangung jawabnya dan bawahan juga tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang ada dalam diri pimpinan. Dalam pendekatan efisiensi dan prosedur kerja, kita dapat lebih mengetatkan control aktif antara karyawan ketika ada karyawan baik atasan maupun bawahan membina hubungan yang sebenarnya tidak layak dilakukan maka akan dekenai sanksi. Adanaya pengurangan waktu interaksi atau komunikasi antar personal yang dapat memicu komunikasi yang tidak positif.

DAFTAR PUSTAKA
Jiwanto, Gunawan. 1985. Komunikasi Dalam Organisasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Manajemen Fakultas Ekomoni Universitas Atma Jaya.
Kast, E. F dan Rosenzweig, E. J. 1996. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Senior. 2003. Seks di Kantor Tak lagi Sekedar Makan Malam. (http://portal.cbn.net.id, diakses tanggal 6 Maret 2011).
Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Terry, R. G. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 2007. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajawali Grafindo.
Widayana, Lendi. 2005. Knowledge Management. Malang: Bayumedia Publishing.
Winardi. 2007. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Rajawali Grafindo


0 Comments